Kamis, 21 Mei 2009

Penyebab Utama CV & Surat Lamaran yang Langsung di Tolak HRD?

1. Tentang Surat Lamaran Kerja

Surat lamaran kerja memiliki fungsi utama sebagai pengetuk pintu perusahaan di mana pelamar ingin masuk bergabung di perusahaan tersebut. Selanjutnya surat lamaran kerja yang disarankan tidak berlembar – lembar (idealnya hanya 1 lembar saja) menjadi pegangan hukum bagi HRD bahwa kandidat pelamar resmi menyatakan dirinya ingin melamar kerja ke company tersebut.

Selanjutnya secara umum surat lamaran diharapkan bisa dibaca atau dipahami isinya tidak kurang dari 20 detik, di mana dalam waktu tersebut HRD merasa puas membaca isinya yang sesuai dengan kualifikasi persyaratan yang tertulis secara lengkap & jelas di iklan atau informasi lowongan kerja.
Jadi bagi anda yang ingin mengetahui atau memprediksi apakah lamaran kerjanya pasti diterima atau pasti ditolak, silahkan mencocokan isi surat lamaran kerja anda sesuai sekali atau tidak dengan iklan lowongan & bisa tidak dibaca di bawah 20 detik?

Surat lamaran idealnya cukup terdiri minimal 3 paragraf terdiri dari: Pembukaan, maksud & tujuan melamar, serta paragraf penutup, jika ada penjelasan yang relevan & memperkuat kebutuhan iklan lowongan bisa menjadi 4 paragraf (ini bagian dari kaedah ”di dalam melamar kerja tidak ada rumus bakunya”, akan dijelaskan pada kesempatan lain).

Buatlah surat lamaran seringkas mungkin, to the point tapi sopan (langsung berusaha menjawab kebutuhan lowongan), jangan bertele – tele, punya tujuan yang jelas & relevan, usahakan dibuat sedemikian rupa agar secara langsung HRD bisa melakukan ’scanning’ isi surat & bisa mudah dipahami, misalnya diberi tanda berbeda atau kode tertentu untuk memudahkan HRD memahami isi utamanya.

2. Tentang CV/ Daftar Riwayat Hidup

Seluruh peserta seminar saya yang berjudul “Membongkar Rahasia HRD dalam Menyeleksi Lamaran Kerja“ apalagi alumni peserta training saya yang berjudul “Merancang Lamaran Kerja yang 99% Optimis Diterima Perusahaan Impian“ telah tobat membuat format seperti yang mereka buat selama ini, intinya:

A. Saya menyarankan agar mereka membuat ringkasan diri (resume) mereka sedemian rupa yang isinya menjawab kebutuhan lowongan kerja yang dibuat HRD.
Resume yang dimaksud merupakan hasil pengumpulan seluruh potensi & aset pendukung yang dimiliki pelamar, guna menjawab tantangan di iklan lowongan, yang digarap sedemikian rupa atau diolah sesuai dengan kapasitas masing – masing pelamar sehingga membuat HRD langsung jatuh hati dengan isi resume kita.

B. Berikutnya mereka diminta untuk merancang bukan membuat apalagi cuma modal ’ngeprint’, atau lebih parah lagi cuma modal diphoto copy. Jadi bisa dipastikan, jika mereka melamar ke tiga perusahaan berbeda atau lebih dengan isi format CV/ daftar riwayat hidup yang persis sama, jelas ini menunjukan bahwa pelamar tersebut sama sekali tidak memperdulikan kebutuhan atau kepentingan HRD. Yang sering saya sindir di seminar/ training saya mereka hanya bisa menyusahkan atau menjengkelkan HRD, yang ada di benaknya (persepsinya) adalah silahkan HRD masing – masing menyesuaikan kebutuhannya dengan informasi potensi yang saya miliki, bukan sebaliknya.
Jelas hal ini akan sangat berbeda sekali substansinya, ketika melamar ke tiga perusahaan yang berbeda lalu memberikan tiga resume yang juga berbeda isi & substansinya masing – masing.
Kenapa harus berbeda? Karena jelas, isi lowongan, kualifikasi & perusahaannya berbeda.

Jadi kesimpulannya sekaligus menjawab pertanyaan manja 'Apakah ada contoh bakunya?‘ atau ‘Dalam membuat resume ada bentuk bakunya?’, jelas konsep pembuatan resume tidak memiliki rumus baku atau standar tertentu yang diwajibkan.

Kenapa bisa begitu? Hal ini karena:
1. Setiap pelamar jelas memiliki situasi & kondisi potensi/ pengalaman/ kehidupan yang berbeda – beda, di sini peranan ’merancang lamaran kerja ’ memiliki makna & arti strategis yang perlu terus mendapatkan porsi latihannya.
2. Iklan lowongan & perusahaan yang membutuhkan juga bisa dipastikan berbeda, misal melamar posisi administrasi di perusahaan kelapa sawit dengan di perusahaan garmen pasti memiliki kebutuhan berbeda dari kaca mata HRD masing – masing, belum lagi jika yang satu perusahaan asing yang satu perusahaan keluarga.
3. Di sini dibutuhkan kejelian memahami isi lowongan kerja sekaligus butuh life skill dalam bentuk kreativitas menjawab tantangan HRD dalam wujud resume yang relevan & solutif (menjawab kebutuhan)
4. Misal iklan lowongannya berbunyi: ‘Lebih disukai yang suka tinggal di luar kota, belum menikah & bersedia di kirim belajar ke Jepang‘, ini berarti kandidat pelamar yang bisa merancang isi lamaran yang menjawab situasi di atas akan mendapat prioritas pertama, sedangkan yang lainnya bisa dipastikan gugur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar